Sejarah yang terasa di tiap batu
Jalan-jalan ke Yunani selalu membuat aku merasa seperti membaca buku sejarah sambil menyeruput kopi hitam yang terlalu pekat. Di Athena, Acropolis menjulang bukan sekadar foto di kartu pos—kalian bisa merasakan angin yang sudah bertiup berabad-abad, mendengar jejak turis dari berbagai negara, dan membayangkan filosofi kuno yang lahir di trotoar sepi. Ada sesuatu yang sunyi tapi penuh cerita ketika kau duduk di atas anak tangga marmer yang retak itu. Aku selalu berhenti sebentar, menutup mata, dan membayangkan: bagaimana rasanya hidup di sana ribuan tahun lalu?
Kenapa moussaka itu enak dan kadang bikin ngantuk?
Makanan Yunani: topik hangat. Moussaka sering jadi alasan utama kenapa orang kembali lagi ke dapur tradisional Yunani. Lapis terong, daging cincang berbumbu, dan saus béchamel yang kaya — kombinasi yang klasik. Pertama kali aku mencobanya di sebuah taverna kecil di Chania, Crete, rasanya seperti dipeluk. Tapi jujur, porsinya berat; setelah makan moussaka kadang aku langsung ingin tidur siang di bangku tepi jalan sambil menonton kucing-kucing jalanan bermalas-malasan.
Nah, selain moussaka, jangan lewatkan: feta segar yang melt-in-your-mouth, ikan hasil tangkapan hari itu yang dipanggang sederhana dengan lemon dan oregano, serta olive oil yang rasanya hampir seperti cairan emas. Untuk pencuci mulut, baklava yang renyah dan manis; untuk minum, ouzo atau segelas anggur lokal. Kalau suka petualangan kuliner yang lebih ekstrem, coba street food: gyro di pita panas, atau meze kecil-kecil yang muncul satu demi satu di meja.
Ssst… Kuil Tersembunyi!
Di antara spot-spot populer seperti Santorini dan Mykonos, ada momen-momen kecil yang membuat perjalanan jadi pribadi. Seperti hari ketika aku menemukan sebuah kuil kecil di punggung bukit, tersembunyi di balik semak rosemary dan pohon zaitun. Tidak ada papan nama besar. Hanya jalan tanah sempit, beberapa batu nisan tua, dan pemandangan kebun anggur. Aku duduk, membuka botol air, dan merasa seperti mendapat akses ke bagian Yunani yang tidak ada di brosur paket wisata.
Ada juga kuil-kuil Byzantium yang tersembunyi di dalam desa-desa, dengan ikon-ikon yang hampir pudar tapi masih memancarkan ketenangan. Atau reruntuhan kecil di pulau terpencil yang hanya bisa dicapai dengan perahu nelayan—rasa petualangan itu nyata. Kalau mau ide rute yang lebih terarah, aku pernah menemukan beberapa panduan lokal yang berguna di wakacjegrecja, yang membantu merencanakan jalan-jalan ke spot yang tidak mainstream.
Tips kecil dari aku (biar perjalananmu lebih enak)
Beberapa hal yang aku pelajari dari perjalanan: jalan kaki lebih banyak. Banyak kejutan manis terjadi saat kau menelusuri gang kecil ketimbang naik bus wisata. Bawa sepatu nyaman, topi, dan botol minum yang bisa diisi ulang. Pelajari beberapa frase dasar Yunani — penduduk lokal tersenyum lebih lebar kalau kau mencoba bilang “kalimera” atau “efcharistó”.
Musim juga penting. Musim panas itu meriah, tapi padat dan panas; musim semi atau awal musim gugur memberikan kombinasi cuaca nyaman dan suasana yang lebih tenang. Kalau mau santai di pulau, pilih pulau kecil yang tidak terlalu komersial; kalau penasaran dengan sejarah, jalur daratan seperti Delphi dan Meteora tidak mengecewakan.
Akhir kata, Yunani itu campuran: sejarah yang megah, kuliner yang ramah lidah, dan sudut-sudut kecil yang membuatmu merasa menemukan rahasia sendiri. Setiap perjalanan meninggalkan aroma rosemary di jaketku dan ingatan akan percakapan singkat dengan pemilik taverna yang menceritakan resep keluarganya sambil tertawa. Kalau kau belum pernah ke sana, masukkan Yunani ke daftar—dan siap-siap untuk mencicipi moussaka sambil mengejar kuil tersembunyi di bukit.